Pahlawan di Lapangan, Target Kebencian di Dunia Maya: Parlay Kemenangan Jess Carter Dibajak Badai Rasisme

Di balik suara lantang Ian Wright, terdapat sebuah kisah tragis yang menjadi pemicunya. Pahlawan kemenangan Inggris di perempat final Euro 2025 Wanita melawan Swedia, Jess Carter, harus membayar harga yang mengerikan untuk kepahlawanannya. Alih-alih merayakan kemenangan, ia justru dilemparkan ke dalam neraka kebencian.

Setelah peluit akhir yang memastikan langkah Lionesses, Carter menjadi target tsunami serangan rasisme yang brutal di media sosial. Ini adalah sebuah permainan mix parlay paling kejam; di satu sisi ia memenangkan pertaruhan di atas lapangan, namun di sisi lain ia kalah telak dalam pertarungan melawan kebencian anonim. Kemenangannya dibajak oleh para pengecut di dunia maya.

Akibat serangan yang tak henti-hentinya, sang pahlawan terpaksa mengambil keputusan yang memilukan: mundur sementara dari semua platform online. Ini adalah sebuah ironi yang menyakitkan. Seorang atlet yang seharusnya menikmati buah dari parlay kerja kerasnya, justru harus bersembunyi dari dunia.

Kisah Jess Carter adalah sebuah tiket mix parlay yang menunjukkan wajah buruk masyarakat modern. Kemenangan dan kebencian, kepahlawanan dan kepengecutan, semuanya tercampur menjadi satu. Tragedi yang menimpanya menjadi pengingat yang keras bahwa perjuangan terbesar terkadang bukan terjadi di atas lapangan hijau, melainkan di layar gawai kita, di mana kebencian bisa mengubah kemenangan termanis menjadi mimpi buruk paling kelam.